57
Sekitar 13 ribu hadirin kemarin malam beberapa kali spontan berdiri
sambil bertepuk riuh menanggapi sejumlah pernyataan Wakil Presiden
Amerika Serikat Joseph R. Biden Jr. Dia mewakili Presiden Barack Hussein
Obama menghadiri konferensi tahunan AIPAC (Komite Urusan Publik
Amerika-Israel) di Ibu Kota Washington DC, Amerika.
"Tidak ada presiden telah berbuat begitu besar untuk menyelamatkan Israel secara fisik seperti dilakukan oleh Presiden Barack Obama," kata Biden, seperti dilansir surat kabar the New York Times, Senin (4/3). Keheningan lantas pecah berganti gema tepuk tangan dari peserta konferensi.
Situasi serupa berulang saat Biden menekankan Gedung Putih bakal menggunakan militer jika semua cara gagal untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran. "Presiden Amerika Serikat tidak bisa dan tidak menggertak dan Presiden Obama tidak sekadar menggertak."
Pertemuan rutin, 3-5 Maret kali ini menciptakan rekor. Meski untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, presiden Amerika dan perdana menteri Israel abstain. Seperti biasa, hasil konferensi AIPAC ini bakal menjadi pijakan dalam merumuskan seluruh kebijakan terkait hubungan istimewa Amerika-Israel.
Sekitar 13 ribu orang dari 50 negara hadir. Sejumlah tokoh dan pejabat penting menjadi pembicara dalam kongres digelar oleh lembaga lobi paling kuat dan berpengaruh di negara adikuasa itu. Selain Biden, ada Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Menteri Luar Negeri Kanada John Baird, dan Senator John McCain (kalah dari Obama dalam pemilihan presiden November tahun lalu). Sebanyak 13 duta besar dan 17 anggota Kongres Amerika juga datang.
AIPAC bukan sembarang organisasi lobi pro-Israel, seperti ditulis John Mearsheimer, Profesor Ilmu Politik dari Universitas Chicago, dan Stephen Walt, Profesor Hubungan Internasional dari the Kennedy School of Government, Universitas Harvard, dalam buku berjudul The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy. Pengaruh mereka sangat luas dan di pelbagai sektor, termasuk politik, ekonomi, dan media.
Orang-orang mereka ada di mana-mana: Gedung Putih, Capitol Hill, departemen, hingga the Wall Street. Organisasi lobi penyokong Zionis ini bergerak partai Demokrat dan Republik. Mereka membentuk PAC (Komite Tindakan Politik) dan super PAC untuk menggalang dana. Mereka lantas menyuap para senator dan anggota Kongres agar tunduk dan bersedia membela setiap kebijakan menguntungkan Israel.
Selain perkembangan di Suriah dan Mesir, konferensi kali ini masih berfokus pada bagaimana menghentikan program nuklir Iran. Amerika dan israel sama-sama yakin dan berkampanye Negeri Mullah itu sedang mengembangkan senjata pemusnah massal.
Lewat siaran satelit, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memperingatkan dunia soal bahaya nuklir Iran. Upaya diplomasi telah gagal. (Merdeka)
"Tidak ada presiden telah berbuat begitu besar untuk menyelamatkan Israel secara fisik seperti dilakukan oleh Presiden Barack Obama," kata Biden, seperti dilansir surat kabar the New York Times, Senin (4/3). Keheningan lantas pecah berganti gema tepuk tangan dari peserta konferensi.
Situasi serupa berulang saat Biden menekankan Gedung Putih bakal menggunakan militer jika semua cara gagal untuk menyelesaikan krisis nuklir Iran. "Presiden Amerika Serikat tidak bisa dan tidak menggertak dan Presiden Obama tidak sekadar menggertak."
Pertemuan rutin, 3-5 Maret kali ini menciptakan rekor. Meski untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir, presiden Amerika dan perdana menteri Israel abstain. Seperti biasa, hasil konferensi AIPAC ini bakal menjadi pijakan dalam merumuskan seluruh kebijakan terkait hubungan istimewa Amerika-Israel.
Sekitar 13 ribu orang dari 50 negara hadir. Sejumlah tokoh dan pejabat penting menjadi pembicara dalam kongres digelar oleh lembaga lobi paling kuat dan berpengaruh di negara adikuasa itu. Selain Biden, ada Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak, Menteri Luar Negeri Kanada John Baird, dan Senator John McCain (kalah dari Obama dalam pemilihan presiden November tahun lalu). Sebanyak 13 duta besar dan 17 anggota Kongres Amerika juga datang.
AIPAC bukan sembarang organisasi lobi pro-Israel, seperti ditulis John Mearsheimer, Profesor Ilmu Politik dari Universitas Chicago, dan Stephen Walt, Profesor Hubungan Internasional dari the Kennedy School of Government, Universitas Harvard, dalam buku berjudul The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy. Pengaruh mereka sangat luas dan di pelbagai sektor, termasuk politik, ekonomi, dan media.
Orang-orang mereka ada di mana-mana: Gedung Putih, Capitol Hill, departemen, hingga the Wall Street. Organisasi lobi penyokong Zionis ini bergerak partai Demokrat dan Republik. Mereka membentuk PAC (Komite Tindakan Politik) dan super PAC untuk menggalang dana. Mereka lantas menyuap para senator dan anggota Kongres agar tunduk dan bersedia membela setiap kebijakan menguntungkan Israel.
Selain perkembangan di Suriah dan Mesir, konferensi kali ini masih berfokus pada bagaimana menghentikan program nuklir Iran. Amerika dan israel sama-sama yakin dan berkampanye Negeri Mullah itu sedang mengembangkan senjata pemusnah massal.
Lewat siaran satelit, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali memperingatkan dunia soal bahaya nuklir Iran. Upaya diplomasi telah gagal. (Merdeka)
Komentar
Posting Komentar