Jakarta - Pemimpin Katolik tertinggi sedunia, Paus Benediktus XVI,
melalui sekretaris pribadinya, Federico Lombardi, di Vatikan,
mengumumkan secara resmi pengunduran dirinya dari Tahta Suci Kepausan.
Pengunduran diri itu akan sfektif terhitung pukul 20.00 waktu setempat,
28 Februari nanti. Sontak media massa Italia menjadikan hal ini sebagai
berita terkini menggemparkan.
Paus asal Jerman bernama asli Josef Ratzinger yang kini berusia 85 tahun itu mengatakan, ia mulai merasakan beban jabatan yang harus diembannya, "Saya pergi demi kemaslahatan Gereja...," katanya. Kantor Berita Italia ANSA memuat kabar tersebut pukul 11:46 waktu setempat.
Menurut Lombardi, konklaf --sidang penentuan paus baru-- digelar sebelum Paskah yang jatuh pada 31 Maret nanti. Biasanya, misa khusus Paskah dipimpin paus, namun kali nanti bukan Paus Benediktus XVI yang memimpin.
Ratzinger diangkat sebagai uskup agung München pada 1977. Pada tahun sama ia juga diangkat sebagai kardinal. Paus Johannes Paul II menghargai Ratzinger sebagai seorang ahli teologi yang cakap. 2005 lalu Ratzinger terpilih menjadi paus menggantikan Johannes Paul II (bernama kecil Karol Wojtiwa asal Polandia).
Kendati saat itu Ratzinger berdoa, agar orang lain yang terpilih, dia mendapat duapertiga suara pada putaran ke-empat konklaf. Ratzinger menjadi orang kedua bukan asli Italia, setelah Wojtiwa yang memimpin Gereja Katolik sedunia.
Dengan pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Vatican memasuki masa Sede Vacante (kekosongan tahta-red). Pada masa ini Dewan Kardinal akan bertemu setiap hari membahas berbagai urusan terkait administrasi gereja dan persiapan konklaf untuk memilih paus baru.
"Seperti petir di siang hari bolong," kata Angelo Sodano, Dekan Sekolah Kardinal di Vatikan. Sementara saudara kandung Paus, Georg Ratzinger, menyebut kondisi kesehatan sebagai alasan di balik keputusan tersebut, "Dokter melarang dia berpergian jauh lagi," katanya kepada Kantor Berita DPA Jerman.
Bukan cuma umat yang terkejut luar biasa atas pengunduran diri kepala Gereja Katolik Sedunia itu. Deutche Welle menuturkan, Perdana Menteri Italia, Mario Monti, di Roma, juga mengungkap hal serupa.
Sebetulnya, sinyal menuju pengunduran diri Ratzinger telah ada beberapa tahun lalu. Dalam buku yang diterbitkan 2010 lalu, Ratzinger mengatakan, adalah "kewajiban" bagi seorang paus untuk "mengundurkan diri, jika ia tidak mampu lagi menjalankan jabatannya.
"Kalau seorang paus menyadari, ia tidak lagi mampu secara psikis ataupun jasmani untuk mengemban jabatan itu, ia berhak atau bahkan wajib mengundurkan diri."
Menurut hukum Gereja Katolik, seorang paus dapat mengundurkan diri jika memiliki alasan meyakinkan. Ratzinger adalah paus kedua setelah Coelestin V yang mengundurkan diri atas keinginan sendiri pada 1294 setelah cuma empat bulan masa jabatan.
Tahta Kepausan, negara berdaulat seluas cuma dua mil persegi di dalam Kota Roma, walau tidak menonjol secara militer dan tidak memberi cukup warna dalam kancah perekonomian global, namun memiliki pengaruh tersendiri secara moral, etika, dan politis. Pandangan dan sikap resmi seorang paus tentang satu hal kerap mewarnai kebijakan dunia.
Paus Penghina Islam
Selama menduduki kursi kepausan, Benediktus XVI kerapkali menghina Islam. Ia pernah melakukan penghinaan terhadap kesucian agama Islam dan Nabi Muhammad Saw dalam kuliah salibis yang disampaikan di sebuah universitas di Jerman.
Pada 12 september 2006, sehari setelah peringatan serangan 11 september – alih-alih mengambil simpati umat Islam – Paus Benediktus XVI dalam pidato ilmiahnya di universitas Regensburg di Jerman, kembali mengulangi penghinaan terhadap Islam untuk yang kesekian kali.
Ceramah ilmiah yang bertema “korelasi antara iman dan logika dan pentingnya dialog antar peradaban dan agama” ternyata kandungan ceramah itu sangat jauh dari temanya. Ceramahnya tidak mengandung tentang dialog dengan umat Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia, justru sebaliknya yang diungkapkannya hanya hinaan terhadap hal-hal yang sangat disucikan dalam Islam. Pada ceramahnya itu Paus Benedict XVI mengutip pernyataan Kaisar Kristen Ortodoks abad ke 14 Kaisar Manuel II Palaeologus yang merupakan hinaan dan kecaman yang jelas terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Kali lain Paus mencela dan memfitnah Islam, bahkan ia memasukkan Islam ke dalam agama-agama palsu, yang “memperbudak manusia, mengendalikan manusia, bukan dikendalikan manusia.”
Paus Salibis ini meremehkan kesukaran, kesulitan dan pengorbanan yang dialami oleh kaum Muslim demi agama mereka, ketika ia menyatakan, bahwa “Manusia menderita demi (agama-agama palsu, termasuk Islam), dan bahkan terkadang ia harus mati.” Sindiran ini jelas maksudnya adalah mereka para pencari syahid dan pejuang di jalan Allah.
Paus Benediktus XVI menghubungkan dengan penuh kekejian dan kebusukan antara Islam dan obat-obatan terlarang. Hal itu jelas, sebab pernyataan itu disampaikan langsung setelah berbicara tentang Islam, lalu ia berkata, “Islam itu-sama dengan obat-obatan terlarang yang menghancurkan seluruh bumi.”
Kemudian Paus berbicara lebih terbuka tentang Islam, ketika ia mengatakan apa yang disebutnya dengan “Kekuasaan ideologi teroris.” Ia mengatakan, “Yang tampak melakukan tindak kekerasan atas nama Allah, tidak lain adalah agama-agama palsu yang harus dibongkarnya.”
Perkataan-perkataan salibis ini disampaikan oleh Paus pada saat membuka pertemuan (Sinode di Timur Tengah), yang dalam pertemuan itu akan dikaji kondisi Kristen di Timur.
Dalam sambutannya, Paus menangis atas kondisi umat Kristen di Timur Tengah. Ia mengingatkan tentang kemungkinan lenyapnya mereka secara penuh dari wilayah Timur Tengah, yang dianggapnya sebagai kekacauan. Paus dengan terbuka menyerang apa yang dianggapnya sebagai (ancaman Islam politik). Untuk itu, ia menyerukan agar menjauhkan kaum Muslim dari nahs-nash syariah yang telah diracuni oleh kaum ekstremis.
Pertemuan salibis ini diadakan di bawah pengawasan Paus, setelah dirilisnya sebuah laporan internasional yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang berkembang tercepat di dunia.
Protes terhadap pernyataan Paus itu dilakukan umat Islam, sedunia. Termasuk di Indonesia. (Voaislam)
Paus asal Jerman bernama asli Josef Ratzinger yang kini berusia 85 tahun itu mengatakan, ia mulai merasakan beban jabatan yang harus diembannya, "Saya pergi demi kemaslahatan Gereja...," katanya. Kantor Berita Italia ANSA memuat kabar tersebut pukul 11:46 waktu setempat.
Menurut Lombardi, konklaf --sidang penentuan paus baru-- digelar sebelum Paskah yang jatuh pada 31 Maret nanti. Biasanya, misa khusus Paskah dipimpin paus, namun kali nanti bukan Paus Benediktus XVI yang memimpin.
Ratzinger diangkat sebagai uskup agung München pada 1977. Pada tahun sama ia juga diangkat sebagai kardinal. Paus Johannes Paul II menghargai Ratzinger sebagai seorang ahli teologi yang cakap. 2005 lalu Ratzinger terpilih menjadi paus menggantikan Johannes Paul II (bernama kecil Karol Wojtiwa asal Polandia).
Kendati saat itu Ratzinger berdoa, agar orang lain yang terpilih, dia mendapat duapertiga suara pada putaran ke-empat konklaf. Ratzinger menjadi orang kedua bukan asli Italia, setelah Wojtiwa yang memimpin Gereja Katolik sedunia.
Dengan pengunduran diri Paus Benediktus XVI, Vatican memasuki masa Sede Vacante (kekosongan tahta-red). Pada masa ini Dewan Kardinal akan bertemu setiap hari membahas berbagai urusan terkait administrasi gereja dan persiapan konklaf untuk memilih paus baru.
"Seperti petir di siang hari bolong," kata Angelo Sodano, Dekan Sekolah Kardinal di Vatikan. Sementara saudara kandung Paus, Georg Ratzinger, menyebut kondisi kesehatan sebagai alasan di balik keputusan tersebut, "Dokter melarang dia berpergian jauh lagi," katanya kepada Kantor Berita DPA Jerman.
Bukan cuma umat yang terkejut luar biasa atas pengunduran diri kepala Gereja Katolik Sedunia itu. Deutche Welle menuturkan, Perdana Menteri Italia, Mario Monti, di Roma, juga mengungkap hal serupa.
Sebetulnya, sinyal menuju pengunduran diri Ratzinger telah ada beberapa tahun lalu. Dalam buku yang diterbitkan 2010 lalu, Ratzinger mengatakan, adalah "kewajiban" bagi seorang paus untuk "mengundurkan diri, jika ia tidak mampu lagi menjalankan jabatannya.
"Kalau seorang paus menyadari, ia tidak lagi mampu secara psikis ataupun jasmani untuk mengemban jabatan itu, ia berhak atau bahkan wajib mengundurkan diri."
Menurut hukum Gereja Katolik, seorang paus dapat mengundurkan diri jika memiliki alasan meyakinkan. Ratzinger adalah paus kedua setelah Coelestin V yang mengundurkan diri atas keinginan sendiri pada 1294 setelah cuma empat bulan masa jabatan.
Tahta Kepausan, negara berdaulat seluas cuma dua mil persegi di dalam Kota Roma, walau tidak menonjol secara militer dan tidak memberi cukup warna dalam kancah perekonomian global, namun memiliki pengaruh tersendiri secara moral, etika, dan politis. Pandangan dan sikap resmi seorang paus tentang satu hal kerap mewarnai kebijakan dunia.
Paus Penghina Islam
Selama menduduki kursi kepausan, Benediktus XVI kerapkali menghina Islam. Ia pernah melakukan penghinaan terhadap kesucian agama Islam dan Nabi Muhammad Saw dalam kuliah salibis yang disampaikan di sebuah universitas di Jerman.
Pada 12 september 2006, sehari setelah peringatan serangan 11 september – alih-alih mengambil simpati umat Islam – Paus Benediktus XVI dalam pidato ilmiahnya di universitas Regensburg di Jerman, kembali mengulangi penghinaan terhadap Islam untuk yang kesekian kali.
Ceramah ilmiah yang bertema “korelasi antara iman dan logika dan pentingnya dialog antar peradaban dan agama” ternyata kandungan ceramah itu sangat jauh dari temanya. Ceramahnya tidak mengandung tentang dialog dengan umat Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia, justru sebaliknya yang diungkapkannya hanya hinaan terhadap hal-hal yang sangat disucikan dalam Islam. Pada ceramahnya itu Paus Benedict XVI mengutip pernyataan Kaisar Kristen Ortodoks abad ke 14 Kaisar Manuel II Palaeologus yang merupakan hinaan dan kecaman yang jelas terhadap Islam dan Nabi Muhammad SAW.
Kali lain Paus mencela dan memfitnah Islam, bahkan ia memasukkan Islam ke dalam agama-agama palsu, yang “memperbudak manusia, mengendalikan manusia, bukan dikendalikan manusia.”
Paus Salibis ini meremehkan kesukaran, kesulitan dan pengorbanan yang dialami oleh kaum Muslim demi agama mereka, ketika ia menyatakan, bahwa “Manusia menderita demi (agama-agama palsu, termasuk Islam), dan bahkan terkadang ia harus mati.” Sindiran ini jelas maksudnya adalah mereka para pencari syahid dan pejuang di jalan Allah.
Paus Benediktus XVI menghubungkan dengan penuh kekejian dan kebusukan antara Islam dan obat-obatan terlarang. Hal itu jelas, sebab pernyataan itu disampaikan langsung setelah berbicara tentang Islam, lalu ia berkata, “Islam itu-sama dengan obat-obatan terlarang yang menghancurkan seluruh bumi.”
Kemudian Paus berbicara lebih terbuka tentang Islam, ketika ia mengatakan apa yang disebutnya dengan “Kekuasaan ideologi teroris.” Ia mengatakan, “Yang tampak melakukan tindak kekerasan atas nama Allah, tidak lain adalah agama-agama palsu yang harus dibongkarnya.”
Perkataan-perkataan salibis ini disampaikan oleh Paus pada saat membuka pertemuan (Sinode di Timur Tengah), yang dalam pertemuan itu akan dikaji kondisi Kristen di Timur.
Dalam sambutannya, Paus menangis atas kondisi umat Kristen di Timur Tengah. Ia mengingatkan tentang kemungkinan lenyapnya mereka secara penuh dari wilayah Timur Tengah, yang dianggapnya sebagai kekacauan. Paus dengan terbuka menyerang apa yang dianggapnya sebagai (ancaman Islam politik). Untuk itu, ia menyerukan agar menjauhkan kaum Muslim dari nahs-nash syariah yang telah diracuni oleh kaum ekstremis.
Pertemuan salibis ini diadakan di bawah pengawasan Paus, setelah dirilisnya sebuah laporan internasional yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang berkembang tercepat di dunia.
Protes terhadap pernyataan Paus itu dilakukan umat Islam, sedunia. Termasuk di Indonesia. (Voaislam)
Komentar
Posting Komentar