PERNAHKAH
Anda berenang di pinggir laut? Sungguh indah, bukan? Tapi tahukah
rahasia laut dan samudera? Cobalah baca dan renungkan firman Allah
berikut ini:
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir
(berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit;
dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
(QS Al-Furqan : 53)
Para ahli kelautan
mengatakan: sifat lautan yang saling bertemu tetapi tidak bercampur satu
sama lain karena adanya gaya fisika yang dinamakan “tegangan
permukaan”, yaitu air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak
menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan itulah
yang mencegah lautan bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding
tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Para oceanographer
telah menemukan bahwa ada perbedaan tertentu antara sampel air yang
diambil dari berbagai lautan oleh ekspedisi ilmiah kelautan Inggris.
Dalam
pelayaran Voyager tahun 1873 diketahui bahwa massa air laut ternyata
berbeda dalam komposisinya. Perbedaan itu terletak pada tingkat keasinan
air laut, kepekatan, temperatur, dan jenis organismenya. Data tersebut
didapatkan dari 362 stasiun oceanography yang tersebar di seluruh
dunia. Laporan dari ekspedisi Voyager tersebut berisi 29.500 halaman,
yang terbagi dalam 50 jilid dan dikumpulkan selama 23 tahun. Ekspedisi
ini merupakan salah satu ekspedisi eksplorasi ilmiah terbesar yang
pernah dilakukan manusia. Ekspedisi ini juga menunjukkan betapa
sedikitnya yang diketahui manusia mengenai lautan.
Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa di tempat di mana dua lautan bertemu, ada dinding pemisah
antar dua air laut tersebut. Dinding pemisah itu membagi dua lautan
sehingga masing masing lautan tetap stabil dengan tingkat keasinan,
suhu, dan kepekatannya masing masing. Contohnya, laut Mediterania adalah
lautan yang suhunya hangat, asin, dan tingkat kepekatannya lebih rendah
dibanding air dari samudera Atlantik. Ketika air dari Laut Mediterania
memasuki Samudera Atlantik melalui Selat Gibraltar, air ini masuk hingga
ratusan kilometer jauhnya pada kedalaman sekitar 1000 M, namun tetap
pada suhu, kepekatan, dan tingkat keasinannya sendiri yang berbeda dari
karakteristik yang dimiliki oleh air dari Samudera Atlantik.
Sebuah
studi lapangan juga pernah dilakukan di teluk Oman dan di beberapa
teluk di Arab. Dari sampel air laut tersebut ditemukan adanya perbedaan
yang mengindikasikan kebenaran temuan sebelumnya.
Oceanographer terkenal dari Perancis, J.Costeau menyatakan:
“Kami mempelajari beberapa pernyataan dari para oceanographer sebelumnya mengenai penghalang antara dua lautan,
kami melakukan penyelidikan pada Laut Mediterania. Kami menemukan bahwa
lautan tersebut memiliki tingkat keasinannya sendiri, dan tingkat
kepekatan, serta flora dan fauna yang berbeda dengan air dari lautan
Atlantik. Kemudian, kami meneliti Laut Atlantik dan menemukan bahwa
lautan ini memiliki tingkat keasinan dan kepekatan serta flora dan
faunanya sendiri yang berbeda dari Laut Mediterania. Dan kami kemudian
meneliti titik pertemuan kedua lautan tersebut di Selat Gibraltar, kami
mengharapkan akan menemukan tingkat keasinan dan kepekatan yang menyatu
antara dua air lautan tersebut, tapi kami menemukan bahwa ternyata,
masing masing air lautan tersebut masih memiliki tingkat
karakteristiknya masing masing, seolah ada dinding yang membatasi
mereka. Hal ini mengejutkan kami, penghalang ini mencegah dua lautan
bercampur. Hal yang sama juga terjadi pada Teluk Bab El Mandab di Aden
yang merupakan pertemuan dengan Laut Merah.
Menurut kesimpulan kami, hasil penelitian para oceanographer terdahulu ternyata benar. Laut yang memilki karakteristik tertentu memiliki dinding pembatas (barrier) yang mencegah bercampurnya air dari dari dua karakteristik yang berbeda tersebut.
Sisi
menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak
memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, atau
pun ilmu kelautan, hal ini telah dinyatakan dalam Al-Qur’an sejak 14
abad yang lalu.
Subhanallah…(Islampos)
Komentar
Posting Komentar