Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda
Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ruwatan adalah tradisi jawa sebagai
prosesi spiritual untuk membuang kesialan hidup. Kemudian disikretiskan
dengan ajaran agama untuk supaya dibebaskan dari malapetaka dan bala'.
Intinya minta perlindungan dan keselamatan dari berbagai keburukan dan
musibah. Masalahnya, dalam keyakinan awalnya, permohonan itu ditujukan
kepada selain Allah, Betoro Kolo. Sehingga setelah diadakan ruwatan maka
akan terhindar dari dimangsa Betoro Kolo dan terbuang sialnya.
Islam mengajarkan bahwa hanya Allah yang
menguasai kebaikan dan kemudharatan. Hanya Dia yang punya kuasa
menurunkan kebaikan dan menimpakan keburukan kepada hamba-Nya, dan juga
menghindarkannya. Apabila ia menghendaki itu menimpa kepada hamba-Nya
maka tidak ada yang bisa mengelakkannya. Konsekuensinya, tidak boleh
memberikan ibadah kepada selain-Nya dan tidak boleh pula berdoa (memohon
kebaikan atau dihindarkan dari keburukan) kecuali hanya kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
"Dan janganlah kamu menyembah
apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudarat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim"." (QS. Yunus: 106)
Maksudnya: Janganlah engkau ibadahi
selain Allah itu (dari patung dan berhala-berhala) dalam rangka
mengharapkan kemanfaatan atau takut akan kemudharatan mereka.
Sesungguhnya mereka itu tidak kuasa memberikan manfaat dan mudharat.
Jika engkau (Wahai Muhammad) tetap lakukan itu, engkau seru mereka
selain Allah, " maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang lalim,"yakni: engkau termasuk orang yang menyekutukan Allah yang telah menganiaya diri sendiri.
Ayat-ayat yang menerangkan akan kekhususan Allah Subhanahu wa Ta'ala
dalam masalah memberikan manfaat dan menimpakan mudharat, kuasa berbuat
apa saja terhadap makhluk-Nya, tidak ada yang bisa membatalkan
keputusan-Nya dan tidak ada pula yang kuasa menolak ketetapan-Nya. Di
antaranya,
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Jika Allah menimpakan suatu
kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha
Kuasa atas tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-An'am: 17)
قُلْ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ
بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ
هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ
الْمُتَوَكِّلُونَ
"Katakanlah: "Maka terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak
mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat
menghilangkan kemudaratan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah
Allah bagiku". Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah
diri." (QS. Al-Zumar: 38)
Setelah jelas bahwa hanya Allah saja
berhak diibadahi, Dia Pencipta semua makhluk, Dia semata Penguasa
manfaat dan mudharat, sementara selain-Nya tidak mampu melakukan itu,
maka Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam diperintahkan: "Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri"."
Maksudnya: kepada-Nya semata seharusnya
mereka bersandar dalam memperoleh kebutuhan mereka dan menghindarkan
diri dari keburukan-keburukan. Maka Dzat yang ditangan-Nya semata
kekuasaan, Dialah yang mencukupkan kebutuhan mereka dan menghindarkan
mereka dari yang apa yang ditakutkan.
Sisi lain kesyirikan dalam ruwatan bisa
terjadi dari sisi ketundukan dan ketaatan. Yaitu, ruwayan adalah produk
dari sebuah keyakinan yang dibisikkan oleh syetan untuk menyembah kepada
selain Allah. Maka milik siapa syariat ruwatan itu maka kepadanya
ibadah ketaatan diberikan. Karenanya, jika menggunakannya ruwatan
sebagai sarana untuk meminta keselamatan kepada Allah, itu salah besar.
Karena Islam telah menetapkan syariat meminta pertolongan dan
keselamatan. Jika mengerjakan syariat tersebut maka ia telah ibadah
kepada pembuatnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
"Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?" (QS. Al-Syuura: 21) Wallahu Ta'ala A'lam. [voa-islam.]
Komentar
Posting Komentar