Nama
Israel sudah populer di semua kalangan. Hampir seluruh media massa di
dunia menyebut sebuah negara penjajah yang menguasai Palestina saat ini
sebagai “negara Israel”. Padahal jika dijelusuri secara historis,
istilah Israel dalam hal ini tidak tepat. Ini adalah bagian dari “perang
terminologi”. Tanpa sadar, hampir keseluruhan umat Islam dengan mudah
mengucapkan kata “Israel” bahkan diikuti dengan kata atau doa yang buruk
serta laknat terhadap mereka. Padahal, nama Israel adalah nama Nabi
Ya’qub alaihisalam.
Yahudi memanfaatkan nama “Israel” saat mereka
membangun kekuatannya di era modern ini. Dengan nama itu, mereka
mengklaim terikat dengan dengan Nabi Allah Israil alaihissalam,
mengikuti agamanya, pewarisnya, keturunannya. Dan seakan Allah meridlai
mereka.
Tatkala Yahudi menduduki Palestina dan mendirikan negara
mereka di sana, mereka menamakannya dengan “negara Israel”. Lembaga dan
instansi yang ada juga atas nama Israel; Bank Israel, bendera Israel,
tanah Israel, suara Israel, tentara pertahanan Israel, kementerian luar
negeri Israel dan seterusnya.
Agar diterima oleh masyarakat
dunia, Yahudi memberikan imbuhan dan kesan dimensi agama dalam entitas
dan eksistensi mereka di tanah Palestina. Ini mereka lakukan agar
masyarakat internasional simpati agamis dan kalangan yahudi dunia sudi
eksodus ke negara Yahudi, mengerahkan seluruh energi dan potensi yang
mereka milik untuk negara penjajah ini.
Selain itu, dengan
menamakan diri sebagai “negara Israel” cara seperti ini, Yahudi ingin
mempengaruhi kalangan Kristen dunia dan mendapatkan dukungan. Sebab
kalangan ini juga mengklaim beriman kepada Injil (Bibel) dan Taurat
juga. Taurat adalah Perjanjian Lama dan Bibel adalah Perjanjian Baru.
Keduanya diyakini kalangan Kristen sebagai kitab suci.
Yahudi
ingin memberikan entitas mereka di Palestina untuk kalangan Kristen
sebagai wujud nubuwat dalam perjanjian lama di dalam kita suci. Mereka
ingin menunjukkan seakan ini sebagai perwujudan janji Allah kepada
Ibrahim dan Israil (Yakqub). Mereka ingin memberikan pemahaman kepada
Kristen bahwa dukungan kepada ensitas Yahudi di Palestina adalah
konsekwensi keimanan Kristen kepada Injil (Bibel). Karenanya, sebagian
negara Kristen di barat terpengaruh kepada klaim Yahudi ini.
Israil adalah Nama Nabi
Israil adalah Nabi Allah yang mulia dan dicintai-Nya. Ia adalah Yakqub bin Ishak bin Ibrahim alaihimussalam. Allah berfirman,
“Mereka
itu adalah orang-orang yang Telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama
Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang
Telah kami beri petunjuk dan Telah kami pilih. apabila dibacakan
ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur
dengan bersujud dan menangis.” (Maryam: 58)
Sementara Bani Israil
adalah anak dan keturunan Nabi Yakqub 12 orang, Yusuf dan
saudara-saudaranya. Dari 12 orang inilah berkembang biak dan menjadi
Bani Israil saat mereka tinggal di Mesir bersama Yusuf. Ketika datang
Musa, mereka keluar bersamanya ke Gurun Sinai. Saat mereka kehausan Musa
memukulkan tongkatnya ke batu dan mengeluarkan mata air sebagi
mukjizat.
Nama Bani Israil digunakan sampai diutusnya Nabi
Muhammad. Ayat Al-Quran jelas menginformasikan tentang mereka, sejarah,
perbuatan, taklif Allah kepada mereka, kesalahan dan penyimpangan
mereka.
Yahudi atau Israel?
Al-Quran
menyebut Yahudi kepada Bani Israil setelah diutusnya Nabi Muhammad dan
setelah mereka kufur dan mengingkari kenabian beliau. Nama Yahudi adalah
bukan bahasa Arab namun digunakan untuk mengistilahkan bangsa kafir
yang dimurkai Allah. Nama Yahudi hanya disebutkan dalam ayat-ayat madani
(yang turun setelah hijrah ke Madinah) di delapan kali di surat;
Al-Baqarah, Al-Maidah, dan di At-Taubah semuanya dengan konteks celaan
atas mereka dan bukan pujian.
Beralihnya peristilahan Al-Quran
dari Bani Israil kepada Yahudi ini memberikan kesimpulan bahwa umat
Islam wajib mengikuti methode Al-Quran dalam membedakan antara Yahudi
dan Bani Israel.
Ketika Al-Quran mengganti istilah Bani Israel
menjadi Yahudi ini ingin menghilangkan mereka dari warisan hakiki
Ibrahim dan Israil. Meski mereka mungkin masih ada keturunan Nabi
Israil, namun mereka bukan pewarisnya karena mereka tidak mengikuti
agama beliau.
Karena itu untuk menunjuk kepada negara penjajah di
Palestina saat ini yang benar adalah menyebutkan “negara penjajah
zionis yahudi” dan bukan Israel. Zionis menunjuk kepada organisasi
internasional jahat yang merancang berdirinya negara penjajah tersebut
di Palestina. Sebab jika menggunakan Israel dikhawatirkan akan
memberikan imbuhan laknat, celaan, cercaan kepada seorang Nabi Allah
yakni Yakqub. Jika pun terpaksa menggunakannya karena tuntutan konteks
jurnalistik maka menyebut itu dengan tanda petik ‘Israel’.(Islampos)
Komentar
Posting Komentar