Terusirnya Ahlul Bid’ah dari Telaga Al Kautsar

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-amalan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan ada yang menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, maka tidak akan ada yang memberi petunjuk kepadanya.

Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali hanya Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan. Setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah. Setiap bid'ah adalah sesat. Dan setiap kesesatan ada di neraka.

“Dari Anas bin Malik Radiyallahu anhu “Ketika pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami, beliau (seperti terserang) kantuk, kemudian beliau mengangkat kepalanya sambil tersenyum, maka kamipun berkata “Apa yang menyebabkan anda tertawa, Ya Rasulullah?“ Kata beliau “Baru saja diturunkan kepadaku satu surat, lalu beliau membaca

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus“ (Qs Al Kautsar 1-3)

Kemudian beliau berkata “Tahukah kamu apa Al kautsar itu?“ kamipun berkata “Allah dan RasulNya lebih tahu“ Beliau bersabda “Sesungguhnya Al Kautsar adalah sungai yang dijanjikan kepadaku oleh Rabbku Allah Azza wa Jalla, padanya kebaikan yang sangat banyak. Dia adalah telaga yang akan didatangai umatku pada hari kiamat. Gayungnya sebanyak bintang di langit. Disingkirkan daripadanya seseorang dari mereka. Lalu aku berkata“Wahai Rabbku, sesungguhnya dia termasuk umatku!“ Maka Allah berkata “Engkau tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalmu“ (Diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab Shalat Bab 14/400).

Menetapkan dan meyakini adanya telaga Al Haudl Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan aqidah shahihah ahlussunnah wal jamaah yang harus diyakini oleh setiap muslim, lafadz Al Haudl secara bahasa adalah Al Jam’u (kumpulan), dikatakan menghimpun/mengumpulkan air ditempatkan pada suatu tempat apabila telah berkumpul. Dimutlakkan maknanya atas tempat air.

Secara Syar’i maknanya adalah telaga air yang turun dari sungai Surga pada hari kiamat yang diperuntukkan bagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam hadist “Sesungguhnya aku telah mendahului kalian menuju Al Haudl...“(Hr Bukhari (no6583) dan Muslim(no2290).)

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki Haudl (telaga), mereka membanggakan diri, dari siapa diantara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya), dan aku berharap akulah yang paling banyak pengikutnya“(Hr At Tirmidzi(no2443) dalam Silsilah Ash Shahihah (no1589).)

Hadist-hadist yang berbicara tentang telaga Al Haudl sering diselewengkan oleh kaum Syiah Rafidhoh untuk memurtadkan dan mengkafirkan sahabat-sahabat Nabi yang mulia padahal jika dijelaskan dengan hadist-hadist lainnya dan didudukkan secara jelas dengan sebenar-benarnya maka penjelasan dan pengertian telaga Al Haudl dan orang-orang yang terusir darinya tidaklah seperti yang Syiah Rafidhoh jelaskan, bahkan justru orang-orang Syiah Rafidhoh terancam diantara orang-orang yang terusir dari Al Haudl tersebut.Hadist-hadist tentang telaga Al Haudl tersebut banyak diriwayatkan oleh para sahabat Nabi dengan isi yang semakna diantara sahabat yang meriwayatkannya adalah Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin al Yaman, Anas bin Malik,Abu Said Al Khudri, Sahl bin Sa’d As Saidi, Abu Hurairah, Abu Darda, Ummul Mukminin Aisyah dan banyak sahabat lainnya Ridwanullahu alaihim jamian.

“Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Abu Kuraib serta Ibnu Numair telah bercerita kepada kami, kata mereka “Abu Muawiyah telah bercerita kepada kami dari Al A’masy dari Syaqiq dari Abdullah katanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda“ Saya mendahului kalian di telaga, Dan sungguh saya berselisih tentang sekelompok orang, Kemudian saya dikalahkan atas mereka, lalu aku berkata “Wahai Rabbku,(mereka) adalah sahabat-sahabatku!“ Lalu dikatakan: Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu“ (Diriwayatkan oleh Imam Muslim Kitab Al Fadlail Bab 9/2297)

Penjelasan:

Dalam Syarh Shahih Muslim, Al Imam An Nawawi menerangkan bahwa kalimat yang menyebutkan “ Engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu“ termasuk masalah yang diperselisihkan oleh para ulama tentang apa maksudnya menjadi beberapa pendapat diantaranya:

1. Yang dimaksud (orang-orang yang terusir) adalah kaum munafikin dan orang-orang murtad.
2. Mereka yang hidup di zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kemudian murtad sepeninggal beliau(seperti pengikut Musailamah Al kadzab nabi palsu yang mengaku nabi setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wafat).
3. Pelaku maksiat dan dosa besar yang mati di atas tauhid serta ahli bid’ah yang belum sampai keluar dari Islam.

Al Hafidz Ibnu Abdil Barr mengatakan “Semua yang mengada-adakan perkara baru (Bid’ah) dalam Islam termasuk golongan yang diusir dari telaga, misalnya kaum Khowarij, Rafidhoh dan semua pengikut hawa nafsu. Demikian pula orang-orang yang zalim, melakukan kejahatan, merampas hak dan terang-terangan melakukan dosa besar. Mereka ini dikhawatirkan termasuk golongan yang dimaksud dalam berita hadist-hadist ini“

Imam Bukhari rahimahullah mengatakan (Kitab Ar Raqaq bab 53/6212)
“Telah bercerita kepada kami Sa’id bin Abi Maryam katanya “Muhammad bin Mutharrif telah bercerita kepada kami, katanya “Abu Hazim telah bercerita kepadaku dari Sahl bin Sa’d, katanya“Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda“ Sesungguhnya aku mendahului kalian di telaga. Siapa yang mendatangiku dia tentu meminumnya dan siapa yang meminumnya, tidak akan merasa haus selama-lamanya. Sungguh akan datang kepadaku beberapa kaum yang saya mengenal mereka dan merekapun mengenaliku, kemudian dihalangi antara saya dengan mereka“

“Kata Abu Hazim” Nu’man bin Abi Ayyasy mendengar saya, lalu berkata” begitukah kamu dengar dari Sahl?” Maka Saya katakan“Ya“ Lalu diapun berkata“ Saya bersaksi atas Abu Said Al Khudri bahwa saya mendengarnya dan menambahkan bahwa beliau bersabda“Lalu saya katakan sesungguhnya mereka bagian dariku.Lalu dikatakan kepadaku“Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata“Jauhlah.Jauhlah orang-orang yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291)

Penjelasan:

Imam Bukhari mengatakan dalam kitab Ar Raqaq, kata Ibnu Abbas, suhqon artinya bu’dan (jauh) dikatakan sahiiq sama dengan ba’iid (jauh). Ashaqahu artinya ab’adahu ( menjauhkan)

Hadist ini dan hadist sebelumnya menerangkan shahihnya penakwilan mereka yang berpendapat bahwa yang terusir adalah orang-orang murtad. Sehingga karena itulah dikatakan “Jauhlah. Jauhlah.“Dan ini tidak dikatakan kepada mereka diberi syafa’at dan diperhatikan. Demikian nukilan Imam An Nawawi dari Qadli Iyadl tentang makna “yang terusir “dalam Syarh Shahih Muslim. Dan dikatakan pula mereka yang durhaka, murtad dari sikap Istiqomah bukan murtad dari agama Islam. Mereka ini dianggap merubah atau menukar amalan saleh dengan kejelekan. Yang kedua ialah mereka yang murtad kembali kepada kekafiran secara hakiki.

Imam Ath Thabrani rahimahullah mengatakan dalam (Al Ausath 5/113 no 4216)

“Telah bercerita kepada kami ’Ali bin Abdillah Al Fargani’, katanya “Telah mengabarkan kepada kami Harun bin Musa Al Farawi katanya“ Telah mengabarkan kepada kami Abu Dlamrah Anas bin ’Iyadl dari Humaid dari Anas Radiyallahu anhu katanya Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabda “Dua golongan dari umatku yang tidak akan mendatangi telaga (Haudl) dan tidak akan masuk surga, Al Qodariyah dan Al Murji’ah“ (Derajat hadist ini shahih. Dikuatkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dan katanya “wajib diletakkan dalam Silsilah Ash Shahihah“ (Ash Shahihah no 2748) ada syahidnya (penguatnya) dari hadist Abu Laila yang diriwayatkan oleh ibnu Abi Ashim rahimahullah dalam As Sunnah 949)
Syeikh Muhammad Al Wushabi Al Abdali (Al Haudl Al Yaumul Ma’aad) mengatakan “Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam “Mereka tidak akan masuk surga“, maksudnya dalah masuk surga lebih dahulu (pertama kali sebelum mereka dimasukkan ke dalam neraka).

Sebagaimana sabda beliau juga tentang hadist Ibnu mas’ud dalam Shahih Muslim (no 91) “Tidak akan masuk surga siapa saja yang di dalam hatinya menyimpan kesombongan meskipun sebesar biji sawi” (Yakni yang dimaksud masuk yang pertama kali)

Begitu juga dalam banyak riwayatnya Imam Al Bukhari menyebutkan lafadz murtad dalam riwayat-riwayatnya diantaranya di dalam Al Anbiya bab 11/3171 disebutkan

“...Lalu dikatakan kepada saya“ Sesungguhnya mereka terus menerus murtad kembali kebelakang sejak engkau meninggalkan mereka“

begitu pula dalam Ar Raqaq Bab 53/6214 disebutkan “...Sesungguhnya mereka telah murtad sepeninggalmu berbalik mundur kebelakang“

maka dari semua penjelasan diata tertolaknya syubhat yang biasa dilemparkan oleh Syiah Rafidhoh kepada orang-orang awwam dari kaum muslimin yang mereka membawakan hadist Nabi dengan hawa nafsu mereka untuk mengkafirkan dan mencaci maki para sahabat Nabi Radiyallahu anhum, padahal jelas para sahabat nabi disebutkan oleh Allah di dalam surat Al Qur’an:

“Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang –orang yang mengikuti mereka dengan baik,Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung“ (Qs At Taubah : 100)

kemudian di dalam banyak hadist pun dijelaskan tentang keutamaan mereka Radiyallahu anhum bahkan disebutkan pula jaminan Surga dari Nabi kepada sepuluh orang utama diantara mereka. Maka wajar jika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sendiri bersabda ; “Kalian wajib berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin” (Hadist riwayat Imam Abu Daud dan Tirmidzi).

Bahkan ketika terjadi perpecahan diantara ummat beliau menerangkan bahwa keselamatan adalah mengikuti pemahaman Beliau Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya

“Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semua masuk neraka kecuali satu. Beliau ditanya : ‘Siapa mereka wahai Rasulullah ?’ Jawaban beliau : ‘Mereka adalah orang-orang yang berada di atas apa yang aku dan sahabatku berada di atasnya” [Abu Dawud 4586, Tirmidzi 2640, Ibnu Majah 3991 Ahmad 2/332]

Semoga Allah selalu membimbing kita untuk menuntut ilmu syar’i sesuai Al Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salafusshalih, dan menjauhkan kita dari kebid’ahan dan kemaksiatan agar kita tidak termasuk orang-orang yang terusir dari telaga (Haudl) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana yang disebutkan tentang sifat-sifat mereka (orang-orang yang terusir dari telaga Nabi)

“Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu, maka saya berkata“Jauhlah.Jauhlah orang-orang yang telah merubah-rubah sepeninggalku“ (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Al Fitan bab 1/6643) Imam Muslim dalam Al Fadlail bab 9/2291)

mereka mempunyai karakter mengubah-ubah ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membuat bid’ah-bid’ah dan mengikuti hawa nafsu mereka.

“Barang siapa melakukan suatu amal yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR Mutafaqun ‘alaih)

Dan telah jelas bahwa dien ini telah sempurna sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan :
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu dan Aku ridha Islam menjadi agamamu" (Al Maidah:3).

Maka Al Imam Malik rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini: "Tidak akan baik umat yang belakangan ini kecuali dengan sesuatu yang telah membuat baik umat terdahulu (yakni para shahabat radiyallahu’anhum)".

Semoga Allah menjadikan kita sebagai pengikut sunnah-sunnah beliau dan pembelanya, yang dipertemukan bersama beliau di telaga Kautsarnya yang gayungnya sebanyak bintang di langit dan dipenuhi dengan kenikmatan. Telaga yang diperuntukkan bagi Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam yang airnya lebih putih daripada susu, lebih manis dari madu, lebih harum dari minyak kesturi, panjang dan lebarnya sejauh perjalanan sebulan,bejana-bejananya seindah dan sebanyak bintang di langit,maka kaum mukminin dari ummat beliau akan meminum dari haudl tersebut, Barangsiapa yang meminum seteguk air dari Haudl ini, maka tidak akan merasa haus lagi sesudah itu.
(lihat bab Itsbat Haudhi Nabiyyina shallallahu alaihi wa sallam wa shifaatihi dalam Kitab Al Fadhaail oleh Imam Muslim lihat juga kitabus sunnah lil ibni abi Ashim bab Dzikri haudhin Nabi shallalallahu alaihi wa sallam)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus“ (Qs Al Kautsar 1-3)

Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya radiyallahu anhum ajmain dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Ya Allah, tunjukkanlah kebenaran itu sebagai kebenaran dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kebatilan itu sebagai sebuah kebatilan, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.

Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu, saya bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau, saya memohon ampun dan
bertaubat kepada-Mu.
Oleh: Abu Hanan Sabil Arrasyad

Komentar