Ketua MUI: Istilah 'Sapi Berjanggut' menyudutkan Islam

JAKARTA - Penggunaan istilah 'Sapi Berjanggut' dianggap sebagai salah satu upaya untuk menyudutkan Islam. Sebab, berjanggut merupakan sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan mengatakan, upaya semacam ini memang dalam rangka menyudutkan Islam. Bahkan, tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Walau diakuinya upaya penyudutan justru membuat Islam semakin berkembang."Itu merupakan tantangan. Tapi begitu jauh musuh-musuh Islam menyudutkan agama Islam, dan berbagai bentuk strategi menyakitkan umat Islam, tapi Islam ternyata terus berkembang," jelas Amidhan seperti dilansir inilah.com, Selasa (5/2/2013).

Istilah 'Sapi berjanggut' diakuinya menyudutkan dan menyakiti umat Islam. Karena terlalu menggeneralisasi. Sebab, berjanggut bukan hanya milik partai Islam dalam hal ini PKS. Tetapi juga, berjanggut adalah sunnah Rasul yang bisa dilakukan oleh umat Islam, tanpa spesifik partai tertentu. Dia mengatakan, ini adalah bentuk sinisme terhadap partai Islam.

"Sebenarnya hukumnya, bukan partainya melakukan korupsi. Tindakan itu dianggap mereka perbuatan 'munafik'. Karena itu membawa bendera Islam. Tentu sinisme dengan kata-kata itu yang menyakitkan," kata Amidhan.

Sebagaimana diberitakan, salah satu media cetak edisi terbaru menggunakan istilah "suap sapi berjanggut" untuk judul beritanya. Istilah tersebut ditujukan kepada PKS terkait dengan kasus dugaan suap impor sapi yang dipersangkakan kepada mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Sebab, dalam sampul bergambar sapi di media cetak itu terdapat simbol PKS di tubuh hewan tersebut yang tengah memakan uang kertas ratusan ribu rupiah. (Islampos)

Komentar