Wanita Arab Juga Mengalami Westernisasi

Wanita di negara-negara kawasan Timur Tengah juga sedang mengalami westernisasi, sementara Turki yang ingin menjadi contoh negara Islam ideal dipimpin oleh seorang Muslim yang masih memakai sistem sekuler.

Hal itu disampaikan oleh aktivis Hizbut Tahrir perwakilan Timur Tengah dan Asia, saat ditemui hidayatullah.com di sela-sela Konferensi Perempuan Internasional yang digelar Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, Sabtu (22/12/2012).

Umm Suhayb Alshami, wanita Palestina yang lebih senang menyebut Timur Tengah sebagai asal negaranya, mengatakan bahwa kondisi wanita di negara-negara Arab saat ini sama seperti di negara-negara Muslim lain yang mengalami westernisasi. Kondisi mereka secara umum sekarang justru semakin buruk karena westernisasi, di mana wanita banyak yang hidup menderita dan terpaksa bekerja di luar rumah, seperti halnya wanita-wanita Indonesia yang bekerja ke luar negeri.
Saat ditanya tentang tuntutan hak mengemudi mobil oleh wanita Saudi, Umm Suhayb mengatakan bahwa hal tersebut merupakan dilema. Di satu sisi, wanita-wanita Saudi juga diserang westernisasi, namun di sisi lain ada kebutuhan dibalik tuntutan tersebut.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa tidak ada larangan wanita mengemudi dalam Islam, kata wanita berwajah tegas tetapi ramah itu. Harus ditimbang mana yang lebih baik, antara wanita mengemudi mobilnya sendiri atau berkhalwat dengan sopir pria asing yang mengantarnya ke mana-mana. Dan menurutnya, lebih baik wanita menyetir sendiri daripada berkhalwat dengan sopir yang bukan mahramnya.

Umm Suhayb mencatat, orang-orang Barat sengaja menggembar-gemborkan isu tuntutan wanita Saudi itu. “Mereka ingin menyerang Islam dengan ini. Mereka bilang Islam melarang wanita mengendarai mobil. Padahal tidak demikian adanya.”

Ditemui di tempat berbeda dalam kesempatan yang sama, Umm Khalid perwakilan Muslimah HT kawasan Asia menceritakan tentang kondisi Muslimah di negara Turki.

Wanita murah senyum yang mengagumi keramahan perempuan Indonesia itu mengatakan bahwa wanita Muslim Turki terpecah sikapnya, seperti halnya negara mereka yang sekuler. Sebagian sudah mulai menyadari bahwa mereka hidup di negara sekuler yang tidak menerapkan aturan Islam.

Menurut Umm Khalid, Turki saat ini memang dipimpin oleh seorang Muslim yang baik. Namun, hal itu tidak cukup sebab pemimpinnya belum memakai hukum Islam dalam menjalankan pemerintahan.

Sebagai contoh, pemakaian hijab di sekolah-sekolah. Sampai saat ini, hanya mahasiswa perguruan tinggi dan murid sekolah agama Islam saja yang diperolehkan berkerudung. Pelajar di tingkat bawahnya sama sekali tidak diizinkan mengenakan hijab, demikian pula dengan guru-guru mereka.

“Entah sampai kapan,” ujar Umm Khalid mengomentari peraturan yang tidak kunjung diubah itu.* Hidayatullah.com

Komentar