JAKARTA (VoA-Islam) - INSISTS (Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization) didirikan
pada hari Kamis, 1 Muharram 1424 (4 Maret 2003) di Desa Segambut, Kuala
Lumpur, Malaysia. Para pendirinya ialah mahasiswa dan dosen International of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) asal Indonesia dan sejumlah dosen di sana.
Ketika itu ada Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, kyaki Gontor yang belum lama
lulus dengan gelar doctor dari ISTAC (kini Direktur INSISTS). Ada pula
Adnin Armas, mahasiswa ISTAC yang menulis tesis master di bidang Sains
Islam berjudul “Fakhruddin al-Razi on Time”.
Ada Dr. Ugi Suharto, pakar Ekonomi Islam alumnus ISTAC yang juga
mengajar mata kuliah Sejarah dan Metodelogi Hadits di kampus tersebut.
Ketika itu, Dr. Ugi baru saja merampungkan diskusi via email tentang
“Al-Qur’an Edisi Kritis” dengan aktivis liberal, Taufik Adnan Amal dari
UIN Makasar.
Ada lagi Dr. Syamsuddin Arif, doctor dari ISTAC dan kemudian menulis
disertasi keduanya di Frankfurt Jerman. Ada juga Dr. Anis Malik Toha,
alumnus Universitas Islam Internasional Isalamabad Pakistan yang dikenal
sebagai pakar Pluralisme Agama. Kini, Dr. Anis menjadi dosen di
International Islamic University Malaysia (IIUM).
Ada pula aktivis lain yang terlibat dalam proses berdirinya INSISTS
seperti Dr. Nirwan Syafrin, Muhammad Arifin Ismail, MA dan lain-ain.
Pada Januari 2003 bergabunglah Adian Husaini untuk menempuh program Ph.D
di ISTAC. Saat itu Adian sudah menulis Islam “Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan dan Jawabannya.” (2002).
Para cendekia ini lah yang kemudian terlibat diskusi intensif dan selanjutnya mendirikan for The Study of Islamic Thought and Civilization atau
disingkat menjadi INSISTS. Berdirinya INSISTS kemudian ditandai dengan
hadirnya Buletin INSISTS yang pertama, terbit pada 1 Muharram 1424. Saat
itu semboyan INSISTS ialah: berpikir besar, berbuatlah dari yang kecil.
Bulletin pertama INSISTS dicetak sekitar 150 eksemplar, dengan tebal 10 halaman, memuat tulisan Hamid Fahmy Zarkasyi berjudul “Cengkeraman Barat dalam Pemikiran Islam”.
Bulletin ini kemudian diedarkan ke Indonesia dengan infaq Rp. 2000.
Edisi kedua (Shafar 1424/April 2003 M) menurunkan tulisan Syamsuddin
Arif berjudul “Jejak Kristen dalam Islamic Studies”.
Kegiatan lain di masa awal berdirinya INSISTS ialah diskusi
dwimingguan untuk para mahasiswa di Kuala Lumpur. Para cendekia yang
aktif bergiat di dalam INSISTS secara bergantian mempresentasikan
makalah ilmiah karya masing-masing untuk kemudian ditanggapi oelh yang
lain.
Pada pertengahan 2003, Bapak Edy Setiawan, pemimpin penerbitan
Khairul Bayan berkunjung ke Kuala Lumpur dan menziarahi kampus ISTAC,
khususnya melihat-lihat koleksi perpustakaan kampus tersebut.
Setelah melihat-lihat ISTAC dan berdiskusi intensif dengan para
cendekia INSISTS, Pak Edi mendesak agar para pemikir muda ini segera
melakukan langkah nyata. Setelah diskusi berulang kali, diputuskanlah
untuk menerbitkan majalah ISLAMIA – sebuah jurnal ilmiah dalam bidang
pemikiran Islam. Naskah dan keredaksian ditangani oleh INSISTS. Seluruh
redaksi bekerja secara sukarela. Sementara persoalan penerbitan dan
pemasaran diserahkan kepada ahlinya.
Edisi pertama ISLAMIA langsung menggebrak dunia pemikiran Islam di
Indonesia dengan mengangkat tema “Tafsir Versus Hermeneutika”. Melalui
majalah ini, INSISTS mengeluarkan sikapnya yang jelas dan tegas: menolak
penggunaan metode hermeneutika untuk penafsiran al-Qur’an. Pemikiran
INSISTS ini kemudian menjadi arus baru dalam studi dan pemikiran Islam
di Indonesia.
Sejak didirikan, INSISTS telah melaksanakan ratusan kali seminar,
workshop, pelatihan, dalam bidang pemikiran Islam, untuk para dosen,
mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan professional, dan sebagainya.
Ribuan orang telah mengikuti workshop- workshop INSISTS di berbagai
belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, Saudi).
Para peneliti INSISTS juga mengembangkan mata kuliah dan kursus-kursus Islamic Worldview. Mata
kuliah Islamic Worldview telah diajarkan di sejumlah program pasca
sarjana studi Islam. Tahun 2005-2009, peneliti INSISTS mengajarkan mata
kuliah ini di Pusat Studi Timur Tengah dan Islam – Universitas Indonesia
(PSTTI-UI). Kini mata kuliah ini diajarkan di Pasca Sarjana
Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Universitas Islam az-Zahra, Pasca Sarjana Institut Studi Islam
Darussalam Gontor, dan sebagainya.
Secara personal. Para peneliti INSISTS terus berkiprah dalam dunia
pemikiran, baik melalui penulisan buku dan artikel, aktivitas ceramah,
mengajar, diskusi, seminar, dan sebagainya. Di bidang penulisan,
sejumlah buku karya peneliti INSISTS juga telah meraih prestasi penting.
Buku berjudul “Wajah Peradaban Barat” ditulis oleh DR. Adian Husaini, dan buku dengan judul “Tren Pluralisme Agama” (ditulis Dr. Anis Malik Thoha) mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dalam Islamic Book Fair tahun 2006 dan 2007.
Adnin Armas telah menulis sebuah buku yang sangat penting dalam studi al-Qur’an, “Metode Bibel dalam Studi al-Qur’an: Kajian Kritis. Henry
Shalahudin MA, peneliti INSISTS yang lain, juga secara khusus
memberikan kritik terhadap pemikiran Nas Hamid Abu Zaid, melalui bukunya
“al-Qur’an Dihujat”. Dr. Syamsuddin Arif pun telah menulis sebuah buku
penting: “Orientalisme dan Diabolisme Intelektual.”
Kini INSISTS bermarkas di Jl. Kalibata Utara II No. 84. Jurnal
Islamia dan Diskusi Dwipekanan tetap menjadi program INSISTS. Selain itu
INSISTS kini telah memiliki penerbit sendiri dan telah melahirkan dua
buah buku. Sejak 2008 pula INSISTS bekerjasama dengan Republika dengan
menerbitkan Islamia-Republika yang hadir satu bulan sekali. Dalam usia
ke-10, INSISTS terus berupaya mengembangkan dan memperbaharui ikhtiar
dakwah di bidang pemikiran.
Komentar
Posting Komentar